Guru Kemenag Iri dengan Guru Kemendikbud

Uji Kompetensi Awal (UKA) berjalan serentak di 33 provinsi, Sabtu (25/2). Dalam pelaksanaannya, ujian ini tidak "sehoror" yang ramai diberitakan menjelang pelaksanaannya. Di sejumlah lokasi yang dikunjungi Menteri Pendidikan Nasional (Mendikbud) Mohammad Nuh, peserta UKA terlihat santai meski ada sebagian yang merasa cemas.

Dalam gelaran UKA, Nuh mengunjungi tiga lokasi ujian di kawasan Kota Tangerang, Banten. Dia memantau mulai sebelum ujian hingga pemusnahan naskah soal ujian.

Di tengah riuhnya pelaksanaan UKA kemarin, terdapat persoalan baru. Sejumlah guru-guru di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) merasa iri. Para guru ini beranggapan, pelaksanaan UKA ini merupakan salah satu wujud dari kepastian proses sertifikasi guru. Mereka mengaku iri karena hingga sekarang di lingkungan Kemenag sama sekali belum berhembus kabar program sertifikasi guru musim 2012.

"Tadi saya mendapatkan informasi keluhan guru Kemenag dari radio," ujar staf khusus Mendikbud bidang Komunikasi Media Sukemi yang ikut dalam rombongan. Dengan kondisi ini, Sukemi mengatakan meski awalnya banyak guru yang cemas terhadap pelaksanaan UKA, tapi akhirnya dipandang berbeda. Para guru menilai jika pelaksanaan UKA ini merupakan kepastian program sertifikasi guru.

Terkait persoalan ini, Nuh mengatakan pihaknya akan mendorong Kemenag untuk sama-sama menerapkan UKA. Sehingga, dua kementerian ini memiliki standar kompetensi guru yang sama. Terkait pelaksanaan yang berbeda, Nuh tidak mempersoalankannya. Yang penting, harus ada kepastian upaya untuk mengetahui kompetesi awal para guru calon peserta sertifikasi. "Sehingga tidak ada lagi guru yang beranggapan, lho kok saya belum diurus. Kok tidak ada UKA. Kok tidak ada sertifikasi," urai Menteri asal Surabaya itu.

Dia menjanjikan akan segera berkoordinasi dengan Kemenag untuk pelaksanaan UKA. Guru-guru yang di bawah nauangan Kemenag diantaranya, guru mata pelajaran umum di MI, MTs, dan MA. Atau juga guru-guru agama PNS di SD, SMP, SMA, dan SMK. Nuh menargetakan, jika Kemenag juga bisa segera memulai program sertifikasi, pada September nanti urusan ini tuntas. Jika bisa tuntas pada bulan tersebut, maka pemerintah gampang mengalokasikan anggaran tunjangan profesi guru tahun depan.

Untuk diketahui, guru yang lulus sertifikasi tahun ini, baru mendapatkan tunjangan profesi tahun depan. Sesuai aturan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pencairannya dirapel tiga bulan sekali.

Di bagian lain, Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Nur Syam mengatakan, memang betul kementeriannya belum memulai proses sertifikasi guru. Namun, mantan rektor IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu mengaku belum mendapatkan informasi ada guru Kemenag yang iri melihat kejelasan program sertifikasi guru-guru Kemendiknas. Meskipun begitu, Nur Syam mengakui program sertifikasi guru Kemenag harus segera dijalankan. Untuk itu, Senin besok (27/2) pihaknya akan menggelar rapat internal untuk mematangkan agenda sertifikasi guru. Selanjutnya, hasil rapat internal ini akan dirembuk lagi bersama jajaran Kemendikbud. Nur Syam menjelaskan, tidak menutup kemungkinan praktek UKA ini digunakan sebagai pembuka diterapkan dalam rentetan program sertifikasi guru di lingkungan Kemenag. Sebab, dia mengatakan Kemenag juga mendukung adanya pemetaan kompetensi guru-guru calon peserta sertifikasi guru. "Jangan sampai setelah mendapatkan tunjangan sertifikat, tidak diimbangi dengan peningakatan kemampuan mengajar," kata dia.

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo membenarkan jika selama ini guru-guru Kemenag iri melihat program sertifikasi di Kemendikbud. Sulistyo menjelaskan, implementasi program sertifikasi guru di Kemenag perlu diperbaiki terus. "Persoalan yang utama adalah kuota yang setiap tahun tidak bisa penuh. Baik di Kemendikbud atau Kemenag," katanya. Soal Panjang-panjang, Waktu Mepet Para guru peserta UKA kemarin memberikan beberapa masukan untuk pelaksanaan UKA selanjutnya. Diantaranya diungkapkan oleh Yulianawati, guru SD Muhammadiyah 5 Kebayoran Baru, Jakarta. Guru yang kemarin mengikuti UKA di SMPN 19 Jakarta itu mengatakan, terlalu banyak soal yang panjang betul uraian pertanyaannya. "Terutama yang bahasa Indonesia. Soalnya dan jawabannya sama panjangnya," ujar guru berumur 30 tahun itu. Akibatnya, banyak rekan ujian satu ruangan dengan nya tidak mampu menyelesaikan seluruh soal yang diujikan. Bagi guru di rumpun mata pelajaran sosial jumlah soalnya 100 butir. Sedangkan guru rumpun mata pelajaran ilmu pengetahuan alam mengerjakan soal 60 butir. Sementara waktu pengerjaan soal ditetapkan 120 menit.

Untuk tingkat kesulitan soalnya sendiri, Yulianawati mengatakan sebenarnya tidak sulit. Tetapi, banyak guru yang terpaku pada materi-materi soal yang selama ini mereka ajarkan di sekolah. "Padahal ada soal yang dulu sudah diberikan waktu kuliah," katanya. Untuk itu, dia menghimbau para guru untuk sesekali membuka pelajaran-pelajaran saat masih duduk di bangku kuliah.

Sekretaris BPSDM-PMP (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Mutu Pendidikan) Abi Sujak menjelaskan, seluruh butir soal sejatinya sudah melewati pengujian tertentu. "Jadi sudah pas antara tingkat kesulitan, panjang soal, dan waktu pengerjaan," katanya. Abi mengatakan, hingga kemarin dirinya belum mendapatkan informasi ada kecurangan maupun kendala sinifikan dalam pelaksanaan UKA. Baik itu dalam bentuk praktek perjokian, naskah soal bocor, ataupun keterlambatan distribusi soal. Abi mengatakan, bagi peserta UKA yang berhalangan hadir kemarin, diberikan kesempatan mengikuti ujian susulan Rabu depan (29/2).


Sumber: JPPN

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home