NGEBLOG GRATIS = MINIM PRESTIS? HMMMMM.....

NGEBLOG GRATIS = MINIM PRESTIS? HMMMMM.....

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman. Bukan teman akrab, tapi kami sudah lama saling mengenal. Pekerjaan sehari-harinya di depan komputer, dan tentu saja, internet. Dari pembicaraan ringan tanpa ujung pangkal, sampailah diskusi spontan itu pada tema ngeblog. Dengan bangga, teman saya tersebut menunjukkan blog barunya. Tepatnya, situs baru. Situs bisnis pulsa dengan domain singkat alias domain berbayar. Saya masih asyik menyimak penjelasannya sampai ia berkata dalam bahasa bertanya: "Kok sampeyan (panggilan akrab dalam Bahasa Jawa, artinya kamu) betah ya pakai blogspot? Keren 'kan kalau seperti punyaku ini?"

Dalam beberapa detik, ingatan saya melayang ke waktu beberapa bulan silam, kalau tidak salah (berarti benar ya) sekitar bulan Oktober 2011, kala di rumah saya hadir seorang rekan guru. Sebut saja namanya Wono. Dari beberapa poin pembicaraan, yang paling saya ingat adalah tema ngeblog. Tidak tahu siapa yang memulai, pendek cerita, saya sampai pada pertanyaan: "Sudah pernah berkunjung ke blog SDN Tanggeran?"
Wono menjawab: "Oh, yang alamatnya panjang itu ya?"

"Betul," jawab saya. Memang panjang, 'kan? "Emang kenapa?" tanya saya balik.

"Ah, nggak asyik. Blog itu mestinya yang simpel. Apalagi milik sekolahan. Dot com, dot co, dot apa kek. Bukannya malah blogspot dot com. Hafalnya susah...." tutur Wono.

Wah....ada yang mau memancing kerusuhan nih, pikir saya. Hampir saja sifat reaktif saya muncul. Untung dapat saya tahan. Saya mesti tahu dulu kemana arahnya agar saya bisa bereaksi secara tepat dengan takaran yang pas. Lantas, saya biarkan dia meneruskan pidatonya.

"Emang sampeyan penggila gratisan ya?" tanya Wono lagi setelah bicara cukup lama menjelaskan panjang lebar (jadinya luas, 'kan) konsep blog dalam pandangannya.

Wah, makin "enak" nih pertanyaannya di telinga.

Sesaat, saya tersenyum seraya menghela napas panjang. Mengatur strategi pembicaraan seraya mencoba mengingat-ingat sesuatu. Apa ya? Ehmmm…..…. Eureka!

“Apa yang salah, “ saya memulai pembicaraan lagi, “Dengan barang gratisan? Aku akui, pilihan pertama memilih Blogspot karena gratis. Aku tidak perlu keluar biaya apapun selain biaya akses internet” tutur saya selanjutnya.

Wono tersenyum tipis. Lebih tepatnya, menyeringai.

“Aku juga suka beberapa barang gratisan. MP3, misalnya. Tapi, maaf saja, untuk urusan blog, kalo gratisan, aku merasa nggak sreg. Banyak keterbatasan. Banyak ketidakbebasan. Pokoknya, banyak aturan lah. Ini itu. itu ini.” Wono berhenti sejenak. Dia menatapku, sepertinya berharap aku menanggapi argumennya. Tetapi, melihatku balik menatapnya dengan mengunci rapat mulut, kembali dia bersuara.

“Aku punya impian tentang blog. Domain sendiri. Murah, ‘kan? Yang 25ribua-an juga ada. Blog sekolahku akan kuisi dengan aneka widget terkini dengan pengaturan sesuka hati. Kreasi tanpa batas. Elegan. Keren. Prestis. Mudah diingat karena namanya singkat. Bandingkan dengan blog sekolah sampeyan: www.sdntanggeran.blogspot.com. Wah, panjang banget, ‘kan?”

.....bla…..bla….bla….

Pembaca yang budiman, sengaja tidak saya tuliskan pidato panjangnya. Sebagian tidak saya ingat, dan sebagian lagi, memang tidak perlu saya ingat.

Kenapa? Apakah karena saya tidak setuju dengan argumen-argumennya? Bukan. Bukan itu inti permasalahannya. Kalau tentang pendapat, itu berarti tentang sudut pandang. Kalau tentang sudut pandang, berarti kita bicara tentang dua hal: sudut dan pandang. Soal sudut, paling tidak ada dua hal yang bisa disebutkan: tendangan sudut dan kursi sudut. Keduanya memiliki persamaan: letaknya di pojok. Perbedaan pokoknya ada pada ukuran dan situasi. Yang pertama di lapangan, yang kedua biasanya di ruang tamu. Kalau ditukar tempat, bisa aneh kelihatannya. Kursi sudut di lapangan sepakbola, atau tendangan sudut di ruang tamu.

He…..he….kok jadi ngelantur pembahasannya.

Soal persepsi, soal rasa, soal sudut pandang, menurut saya, sangatlah cair. Dan itu bukanlah tentang benar-salah. Ini masih menurut saya, lho, bukan menurut bapak saya.

Sebagai blogger baru, saya juga tidak ingin terjebak pada penghakiman apalagi main hakim sendiri (capek, 'kan?). Saya hanya ingin menyampaikan dua hal.

Pertama, seperti yang saya tulis di atas, saya suka barang gratis. Kebetulan saya mengenal dunia blog dari layanan gratis meski sesungguhnya sebelum blogspot saya kali pertama ngeblog dengan wordpress. Blog Pramuka Paninggaran di http://pramukakupaninggaran.wordpress.com/ merupakan blog perdana yang saya bidani kelahirannya pada 22 Maret 2010 dalam kapasitas sebagai Sekretaris II Gerakan Pramuka Kwarran Paninggaran. Memperkenalkan diri pada dunia luar dengan postingan singkat "Selamat Datang di Blognya Pramuka Paninggaran" (silahkan lihat DI SINI), postingan sebenarnya terbit lima hari kemudian (bisa dibaca DI SINI).




Blog yang kelahirannya teramat prematur dari jadwal karena sesungguhnya konsep blog dipersiapkan untuk diluncurkan pada Hari Pramuka 14 Agustus 2010. Tetapi, karena momen yang dirasa sangat tepat, yaitu lolosnya Nasikhu, salah seorang pembina Pramuka terbaik Kwarran Paninggaran dalam Seleksi Jambore Pemuda Indonesia dan Pertukaran Pemuda Antar Propinsi (JPI & PPAP) Tingkat Kabupaten Pekalongan Tahun 2010 yang kemudian mencatatkan sejarah dengan lolos dari seleksi tingkat Propinsi Jawa Tengah untuk selanjutnya menjadi duta di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, blog pun "dipaksa" lahir sebelum waktunya.

Sebuah keterpaksaan yang tidak sepenuhnya salah karena selain berupaya memanfaatkan momen emas, di kemudian hari, barulah saya tahu, blog prematur tersebut tercatat sebagai blog Pramuka pertama dan satu-satunya di wilayah Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Pekalongan. Sebuah prestasi istimewa? Mungkin tidak. Tetapi, lebih patut disebut sebagai sebuah proses istimewa untuk ukuran Kwarran Paninggaran dimana wilayahnya belum tersentuh jaringan internet kabel berkecepatan tinggi. Kalau saya tidak keliru, tulisan pertama saya posting dari sebuah warnet di Kajen, ibukota Kabupaten Pekalongan, sekitar 25 km sebelah Utara Paninggaran.

Tanggal 29 Maret sampai 17 April 2010, saya mendapat tugas mengikuti Diklat Prajabatan Golongan II Amgkatan 53 di Wisma Nusantara, eks Sekretariat Pemkab Pekalongan, Jalan Nusantara Kota Pekalongan. Di tengah padatnya jadwal kegiatan, di sela aktifitas rutin dan aktifitas tambahan sebagai ketua kelas, kembali saya menghimpun catatan kecil selama diklat tersebut dan alhamdulillah, berhasil mengemasnya dalam sebuah blog yang (lagi-lagi) di-launching perdana dari sebuah warnet: http://diklatprajab53.wordpress.com/.



Kedua, apa yang saya ingat sehingga girang sekali sembari berucap Eureka! di hati? (Eureka, kata ajaib yang menurut Wikipedia, berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "Aku telah menemukannya." Seruan ini terkenal karena digunakan oleh Archimedes. Ia mengucapkan kata "Eureka!" ketika ia masuk kedalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik, sehingga ia menemukan bahwa berat-dalam Newton-air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya).

Ya, saya ingat satu hal: Wono belum pernah mempunyai blog! Sekolahnya pun belum punya. Memang untuk bisa mengendarai mobil orang tak harus punya mobil sebagaimana kita bisa menceritakan suasana Upacara Peringatan HUT RI di Istana Negara tanpa mesti pergi kesana dan hadir di te ka pe.

Tapi, tentang hal-hal yang memerlukan praktik, seperti ngeblog, misalnya, sepertinya lebih tepat disampaikan oleh orang yang (minimal) pernah membuat blog. Pernah menjalani prosesnya satu demi satu, dua demi dua, tiga demi tiga, dan seterusnya. Apapun hasilnya. (Tentang hal ini, kembali lagi ke persoalan sudut pandang. Semoga Anda tidak melewatkan paragrafnya di atas).

Dengan tetap menghormati kemungkinan kedalaman penguasaan ilmu teori blog Wono, saya tekun menyimak pembicaraannya meskipun gairah saya untuk berdebat (yang biasanya akan menjadi ajang sharing di kalangan blogger) turun drastis. Sampai Wono pamit pulang.

Saya tidak bermaksud merendahkan Wono sedikitpun. Sama sekali tidak. Pengetahuan saya tentang blog juga belum ada apa-apanya dibandingkan dengan para blogger senior. Hanya saja, sepertinya saya akan lebih mudah menerima pendapat dan argumentasinya, khususnya tentang aliran blog gratisisme, manakala ia sudah bisa mewujudkan konsep dan ambisinya dalam bentuk blog yang nyata. Blog yang bisa saya tatap tampilan dan isinya, yang mungkin juga akan menjadi referensi saya dalam pengelolaan blog ini.

Apakah lalu saya akan fanatik selamanya dengan blog gratisan ini? Jawabannya jelas dan logis: tentu tidak. Aneka artikel dan ebook gratis (jangan lupa, saya pecinta gratisan, lho) dari para blogger senior tentang domain berbayar dan atau ubahsesuain domain pernah saya baca tuntas tas tas tas..... Kelak, suatu saat, saya pun berminat migrasi ke sana. Kapan? Kapan-kapan lah. Terkadang, saya menunggu momen yang tepat untuk melakukan sesuatu. Kalau momen tak muncul-muncul juga? Ya kita ciptakan momen. Kapan? (kok lama-lama bawel, sih). 'Kan sudah saya bilang, kapan-kapan.

Sebagai guru di wilayah pegunungan, saya dan beberapa rekan yang satu visi, memiliki misi mulia untuk memasyarakatkan blog dan mem-blog-kan (semoga tidak membingungkan) masyarakat pendidikan. Karena itulah, blog ini mengusung slogan besar sebagaimana terbaca di bagian atas blog: Guru Go Blog: Why Not? Tulisan yang sama juga terpampang di bagian luar laptop saya. Pada awal tulisan itu terpasang, kala saya mengajar di kelas maupun dalam berbagai kesempatan pertemuan tingkat kecamatan, sempat mencuri perhatian audien saya.

Dengan ngeblog gratis, saya meminimalkan kesulitan menjawab pertanyaan sekaligus sanggahan klasik: kami tak punya dana! Dengan ngeblog juga lah, saya membuka ketidakmungkinan menjadi kemungkinan. Lebih tepatnya, saya membuka kesempatan bagi diri saya sendiri. Karena ngeblog-lah, saya berkesempatan mengikuti Lomba Blog Sekolah Balai Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Jawa Tengah Tahun 2011, dimana pintu pertama itu ternyata menjadi pembuka dua pintu berikutnya: bertemu dan belajar dari para blogger senior serta mengikuti Training of Trainer/TOT TIK Angkatan II di lokasi yang sama yang mempertemukan saya dengan para master TIK sekaligus menimba ilmu langsung dari sumbernya. Ilmu gratis, akomodasi gratis, hotspot-an gratis, dapat uang saku lagi. Masya Allah.

Sekali lagi, saya bukan siapa-siapa dan blog ini juga bukan apa-apa. Tetapi, saya yakin, blog ini juga bukan blog yang tak berarti apa-apa. Paling tidak, di blog ini saya belajar banyak. Paling iya (tadi 'kan sudah paling tidak), di tengah keterbatasan akses internet, blog sekolah ini bisa eksis (dan semoga tetap eksis).

Ilmu blog, menurut saya, seperti ilmu-ilmu lainnya: semakin banyak yang kita tahu, ternyata, semakin dan lebih banyak pula yang belum kita tahu. Memelihara rasa keingintahuan itu akan menjaga semangat kita untuk terus belajar dan belajar. Untuk terus membuka cakrawala dan memperluas khasanah, berenang dalam lautan ilmu tanpa batas dan menghirup segarnya pengetahuan baru dari Sang Maha Pemilik Ilmu. Subhanallah!

Di akhir tulisan ini, ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada Wono. Perbincangan kita menjadi inspirasi tulisan ini. Tak ada niat untuk merendahkan, menyepelekan, apalagi menghinakan. Insya Allah tidak ada sedikitpun. Just sharing. Sekedar berbagi.

Sebagai penutup, kalimat bijak Clifford Warren semoga menjadi inspirasi bagi kita semua: ”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah ”mulai”. Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita selesaikan kalau kita hanya memulainya?







*****


Dipublikasikan di blog SD Negeri Tanggeran pada 20 April 2012

Semoga bermanfaat. Salam kreatif!

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 2 komentar:

    Ismi Marwiah mengatakan...

    saya juga penyuka gratisan cekgu :)

    Dzakiron Pedia mengatakan...

    Wah tambah lagi daftarnya. Trm ksh sudah berkenan mampir

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home