Sekilas Mengenang Peristiwa Hijrah

Kekejaman dan penindasan semakin menjadi-jadi ketika kaum musyrikin Quraisy mendengar berita hijrahnya beberapa sahabat Nabi SAW menuju kota Yatsrib. Berbagai macam usaha yang telah mereka tempuh untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW di Makkah terbukti gagal.

Umat Islam bukan semakin takut dan berkurang. Justru sebaliknya, jumlah mereka semakin hari semakin bertambah dan menguat. Semakin berat ancaman dan siksaan yang ditimpakan, justru semakin kokoh keyakinan yang menghujam dalam hati mereka.


Berita tentang tanah baru yang dijadikan tempat hijrah oleh para sahabat Nabi SAW telah tersebar di kalangan pembesar Quraisy. Ketenangan mereka menjadi terganggu oleh berita itu. Bayang-bayang ketakutan menghantui mereka jika Nabi Muhammad SAW sampai berhasil mendirikan sebuah negara besar yang terdiri dari komunitas-komunitas yang loyal kepadanya. Hal itu tentu akan mengancam kepentingan mereka.

Dalam sebuah balai yang dikenal dengan Dar An Nadwah, para pembesar musyrikin Quraisy berkumpul untuk menyusun sebuah konspirasi guna membendung arus dakwah Rasulullah SAW yang semakin hari semakin pesat. Balai itu lazim digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan penting di kalangan pembesar Quraisy.

Kesepakatan pun dicapai, mereka memutuskan untuk mengirim beberapa pemuda berbadan kekar dari setiap kabilah yang ada di Makkah, masing-masing kabilah mengirim seorang pemuda, dengan tujuan untuk mengepung kediaman Rasulullah SAW. Rencana itu bukan tanpa perhitungan. Mereka sengaja melakukannya agar kabilah Bani Manaf tidak mampu membalas dendam jika salah seorang di antara anggotanya (yaitu Muhammad SAW) terbunuh nantinya. Suatu rencana yang licik dan keji. Akan tetapi Allah Maha Tahu, Dia mengutus Malaikat Jibril untuk memberitahukan kepada Rasulullah SAW tentang konspirasi tersebut. Perintah untuk berhijrah pun turun saat itu. Rasulullah SAW diizinkan meninggalkan Makkah, kota kelahirannya, demi menyelamatkan nyawanya yang terancam. Melalui wahyu dari Allah SWT, beliau diperintahkan untuk meninggalkan tempat tidurnya pada malam itu dan menggantikan posisinya dengan sepupunya, yaitu Ali bin Abi Thalib.

Proses hijrah pun berlangsung. Dengan ditemani sahabat terbaiknya, yaitu Abu Bakar Ash-Siddiq, Rasulullah SAW melakukan perjalanan di malam hari menuju kota Yatsrib (sekarang: Madinah). Di tengah perjalanan, beliau singgah pada sebuah gua bernama Gua Tsur untuk beristirahat. Sebelumnya, Abu Bakar telah mengutus putranya, Abdullah, untuk mengamati perkembangan berita terbaru di Makkah kemudian melaporkannya ke dalam gua.

Keesokan harinya, kota Makkah gempar. Para pembesar musyrikin Quraisy marah besar mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW telah kabur dari kota Makkah. Mereka merasa geram karena gagal menahan beliau. Bahkan rencana yang telah disusun rapi sebelumnya untuk menangkap beliau hidup-hidup pun gagal total.

Namun mereka tak menyerah. Sayembara segera digelar bagi siapa pun yang mampu menangkap Nabi Muhammad SAW dalam keadaan hidup atau mati. Hadiah yang ditawarkan pun sangat menggiurkan, yaitu seratus ekor unta.

Di tengah gegap gempita kota Makkah mendengar kabar kepergian Rasulullah SAW, seorang musyrik bernama Suraqah bin Malik mendengar bocoran informasi tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ia bergegas memacu kudanya guna menyusul jejak Rasulullah SAW. Ambisi untuk mendapatkan hadiah itu telah menjadikannya begitu terobsesi ingin menangkap Rasulullah SAW.

Namun naas, ketika kudanya mulai mendekati posisi Rasulullah SAW, kakinya terjungkal ke dalam pasir gurun sehingga ia pun terpelanting ke tanah. Hal itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia tak mungkin dapat menangkap Rasulullah SAW karena beliau mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Ia pun akhirnya kembali ke Makkah dengan tangan hampa.

Jauh hari sebelum melakukan hijrah, Rasulullah SAW telah mengirim beberapa utusan untuk menyebarkan dakwah Islam di Madinah. Duta pertama yang beliau kirim adalah Mush’ab bin Umair, seorang sahabat yang berasal dari keluarga konglomerat di Makkah yang rela meninggalkan kehidupan mewah demi memperjuangkan Islam. Beliau yang dijuluki sebagai Muqri’ Al Madinah bertugas mengajarkan Al Qur’an kepada penduduk Madinah.

Perjalanan hijrah terus berlanjut hingga akhirnya Rasulullah SAW dan sahabatnya, Abu Bakar As Siddik, sampai di kota Yatsrib. Penduduk Yatsrib yang telah sekian lama merindukan kedatangan sosok yang begitu mereka cintai, hari itu sangat bergembira ria.

Kedatangan Rasulullah SAW itu disambut dengan sangat meriah. Orang muda dan tua, kecil dan besar, miskin dan kaya, semuanya keluar untuk menyambut kedatangan beliau. Mereka begitu rindu ingin melihat wajah Nabi Mulia yang diutus untuk menjadi Nabi akhir zaman sekaligus Nabi terakhir penutup para Nabi sebelumnya itu. Sejak saat itu pula nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinah hingga saat ini. Untuk mengenang peristiwa ini, para ahli sejarah menjadikan tahun itu sebagai permulaan kalender Islam atau sering dikenal dengan kalender Hijriyah.

Sumber: Republika

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home