MAIDO: MURAH REGANE, GAMPANG LURUNE

Maido, sebuah kata dalam Bahasa Jawa, yang berarti mencela atau menyalahkan. Judul di atas, yang juga dalam Bahasa Jawa, terjemahan bebasnya bermakna: murah harganya, gampang memperoleh dan melakukannya. Ya, untuk mencela atau menyalahkan, sangat gampang. bukan? Jangankan orang dewasa, anak-anak pun bisa melakukannya. Tak perlu pendidikan tinggi, apalagi pengalaman. Setiap orang, siapapun bisa melakukannya.

Namun, apakah setiap orang bisa mudah menerimanya. itu yang tidak sama. Karena, bisa dipastikan, secara normal, tidak ada orang yang sukarela dan ikhlas dicela dan disalahkan. Apalagi tanpa sebab yang pasti.

Pernahkah Anda dicela dan disalahkan? Bagaimana rasanya?

Jawabannya mungkin seragam dengan nada koor: rasanya sangat-sangat tidak enak.

Dalam hidup sehari-hari, mungkin hal termudah untuk dilakukan adalah mencela atau menyalahkan orang lain. Dalam bahasa yang lebih halus, mungkin bisa disebut dengan istilah mengkritik

Seberapa mudah kita bisa mengkritik orang lain? Jawaban saya: sangat-sangat mudah. Semudah kita memandang orang lain dengan tatapan sinis atau bahkan menghakimi.

Kritik sendiri sangat luas terjemahannya. Yang bisa dipersempit adalah pembahasan cara penyampaiannya: elegan atau membabi buta (saya kurang sreg dengan penggunaan kata membabi buta. Tapi mau saya ganti mengkucing buta, mengkambing buta, atau sejenisnya, rasanya juga gimana gitu).

Tulisan ini juga sangat terbuka terhadap kritik. Tapi saya memang tidak menulis artikel ini untuk bahan perdebatan. Karenanya, sebagai penutup, saya hanya ingin menuliskan: semestinya, saat kita sudah siap mengkritik orang lain, kita juga harus siap dikritik orang lain. Bila kita menginginkan orang lain mau menerima, minimal mendengarkan kritik kita, alangkah bijaksananya bila kita juga sudah menyiapkan mental yang sama saat orang lain mengkritik kita.

Dalam Bahasa Jawa, penutup tulisan ini adalah: gelem maido ya kudu gelem dipaido. Artinya: kalau suka mencela orang lain, ya mestinya harus siap juga dicela orang lain.

Sudah siap mengkritik? Silahkan....

(Oh ya, ada yang terlewatkan. Foto di atas adalah hasil kerja sama yang apik antara saya dan istri saya pada 14 Juni 2016 silam, saat pulang dari luar kota. Saat perjalanan pulang, diiringi rintik gerimis, tulisan di bak truk tersebut mengusik naluri saya. Hape saya berikan ke istri saya, dan ..... jepret!)

Salam Ramadhan!

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home