SELAMAT JALAN, KANG...!


“Ngesok nyong munggah gasik coz mulang. Sing rep aplusan sapa ngesok kang?” (Besok saya pulang pagi karena mau mengajar. Siapa yang mau menggantikan jaga?)

Sms itu saya kirimkan Kamis, 20 Juli 2017 pukul 19.04 WIB dari komplek depan RS Kraton Pekalongan sembari makan malam, ke kakak ketiga saya, Kang Yasbakhun, yang saat itu berada di ruang tunggu. Kami memang biasa berkoordinasi ttg siapa yang akan menjaga Kang Rozak, demikian panggilan akrab saya ke Abdurrozaq, kakak  kedua saya, yang masih koma sejak Minggu, 16 Juli. Tentu juga dengan kakak dan keluarga besar Mbak Milah, istri Kang Rozaq, sehingga kami bisa bergantian.


Makan malam saya saat itu adalah bakso, sekaligus menemani Hanif, putra kedua Kang Rozak. Dan itu kali pertama Hanif bisa datang ke RS sejak ayahnya dirawat. Mbak Milah, istri Kang Rozaq, akhirnya juga menyusul anaknya dan sempat menyuapinya makan sedangkan yang berada di ruang perawatan adalah Zuhrotun, keponakan saya, yang datang bersama suaminya dan Hanif. Sedangkan putri pertama Kang Rozaq, yang kelas 3 MTs, telah sempat datang di hari-hari awal ayahnya dirawat di RS.

Ternyata, Jum’at paginya, saya tetap tidak bisa masuk mengajar. Bukan karena saya kembali mendapat tugas jaga di RS. Tapi karena ternyata kemudian Allah berkendak lain.

Sepulangnya Hanif bersama Ita dan suaminya, kondisi Kang Rozak ternyata tidak kunjung membaik. Sekitar setengah jam kemudian, petugas RS meminta kami memasuki ruangan dan mengintensifkan doa. Meski tak tahu persis arti deretan angka-angka di layar monitor, sembari membaca Al-Qur’an di HP, sekilas terlihat bahwa pergerakan angka-angka itu terus menurun. Mbak Milah kembali mulai menangis untuk kesekian kalinya.

Dan untuk kesekian kalinya pula, sesungguhnya, benteng pertahanan saya mulai goyah dan mata saya mulai gerimis.

Sejak Minggu pagi, 16 Juli 2017, mulai perjalanan dari rumah untuk mengantarkan Wafda ke asrama SMP IT Permata Hati Banjarnegara, sesungguhnya air mata saya sudah hendak tumpah. Pagi itu adalah acara Halal Bi Halal yang dirangkai dengan sosialisasi beragam aturan sekolah dan asrama serta kegiatan penting lainnya. Melepas putri tunggal untuk menuntut ilmu, dengan segala kesadaran bahwa hal itu adalah jalan terbaik bagi masa depannya, saya tetap tak bisa menipu diri bahwa kesedihan itu sangat-sangat luar biasa.

Tapi tentu saya tak ingin hal itu mempengaruhi putri saya sebagaimana saya dan istri yang selama ini selalu memotivasi dia untuk meneguhkan pendirian. Juga istri, ibu, kakak, keponakan, dan anggota keluarga lainnya yang turut serta dalam rombongan.

Dan ketika acara itu baru saja dimulai di komplek sekolahan, kabar duka itu datang. Dimulai dari dering telpon yang tak terhitung banyaknya, disusul sms. Keluarga, kerabat, teman, rekan kerja, dan banyak lagi yang berupaya memberitahukan kabar kecelakaan Kang Rozaq. Hantaman kedua itu sungguh luar biasa bagi saya yang sejak pagi sudah dirundung pilu.

Air mata Ibu tak terbendung. Saya tahu, bila memungkinkan, kami ingin segera terbang untuk melihat kondisi Kang Rozaq yang berdasarkan komunikasi dengan keluarga di rumah dan Pak Ibadi, harus segera di bawa ke RS untuk memperoleh penanganan lebih lanjut. Sayangnya, kami tak bisa meninggalkan acara demi Wafda.

Yang akhirnya saya lakukan adalah berkoordinasi via sms dan telepon untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.

Kesedihan Ibu di komplek SMP IT-lah yang sesungguhnya menjadi penguat bagi saya saat itu. Saya harus kuat. Harus!

Dan pascaoperasi Kang Rozaq, penantian panjang untuk menunggunya tersadar kembali pun dimulai di Ruang ICU RS Kraton Pekalongan. Secara bergantian, kami mengatur jadwal untuk berjaga. Juga untuk menjaga Mbak Milah, yang selalu meneteskan air mata hingga makan pun bila tak dipaksa ia tak bisa. Sampai hari Kamis Malam Jum’at itu..... 

Situasi sudah menjadi sedemikian mencekam apalagi lantunan ayat-ayat Al-Qur’an diiringi isak tangis terdengar sangat jelas dari keluarga pasien sebelah di ruangan yang sama, yang sepertinya berada dalam kondisi yang tak jauh beda.

Tak lama sesudahnya, Pak Kyai Fadholin hadir bersama istri dan keluarganya. Kaum ibu segera bisa membantu Mbak Milah yang kemudian pingsan.

Kami membaca ayat-ayat apa saja yang kami bisa sedangkan Beliau terus membisikkan asma Allah di telinga Kang Rozaq. Terkadang, saya merasa tak sadar dengan apa yang saya baca karena mata saya tak pernah lepas bergantian menatap Kang Rozak yang kepalanya penuh balutan kain putih dan sekelilingnya tertata peralatan medis. Bunyi tut...tut....tut dari peralatan tersebut pun menciptakan irama horor tersendiri.

Dan akhirnya, Kang Rozaq pun pergi menghadap penciptanya pada pukul 20.28 WIB, sesuai surat keterangan kematian dari RS. Allah Sang Maha Pencipta pun menjawab doa-doa kami dengan caraNya sendiri.

Terpaku, dengan mata yang tak lagi gerimis namun telah berubah menjadi hujan lebat, saya pun berbisik lirih: Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Selamat jalan, Kang....

Kami ikhlas melepas kepergianmu

Kami semua sangat menyayangimu. Sangat-sangat menyayangimu. Tapi ternyata, Allah lebih menyayangimu.

Semoga kelak Allah berkenan mempertemukan kembali kita semua di surga-Nya. Amin.

*****

Melalui media ini, perkenankan saya, mewakili keluarga besar Ustad Abdurrozaq, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga, saudara, kerabat, teman, dan seluruh pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam segala bentuknya, juga doa tiada henti, sejak dari lokasi kecelakaan sampai dimakamkan pagi tadi, 21 Juli 2017 di Pemakaman Umum Desa Lumeneng Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan.

Wabil khusus kepada rekan2 Almarhum yang telah menyempatkan hadir dari luar kota.

Juga untuk rekan-rekan yang telah mendonorkan darahnya, maupun baru menyampaikan niat baiknya untuk mendonorkannya.

Tak lupa ucapan yang sama kami sampaikan untuk para tenaga medis di Puskesmas Paninggaran Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan penanganan awal, serta para tenaga medis di RS Kraton Pekalongan yang telah memberikan pelayanan terbaiknya.

Mohon kiranya berkenan memberikan maaf untuk segala salah dan khilaf almarhum selama hidupnya. Juga mohon doanya semoga khusnul khotimah, diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala dosa-dosanya, dan ditempatkan di tempat yang mulia di sisiNya. Juga bagi keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan limpahan kesabaran dan ketabahan. Amin.

Apabila Almarhum masih memiliki urusan hutang piutang, mohon kiranya bisa diikhlaskan. Bilapun tidak, silahkan hubungi saya untuk komunikasi lebih lanjut.

Semoga kepergian Almarhum bisa menjadi sebuah pelajaran berharga untuk kita semua bahwa setiap kita kelak akan mengalaminya tanpa pernah kita tahu kapan waktunya, sebagaimana Firman Allah: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S. Ali Imran [3 ] : 185)”.

Mudah-mudahan Allah Yang Maha Pemurah memberikan kepada kita semua kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan menjauhkan dari api neraka. Amin.

(Secara pribadi, permohonan maaf saya sampaikan untuk telepon, inbox, chatt, sms, dan komentar di FB yang sejak Hari Minggu, 16 Juli, banyak yang belum direspon sebagaimana mestinya. Sekali lagi, mohon maaf yang sebesar-besarnya).

Ujung Selatan Kota Santri; Jum’at, 21 Juli 2017 13.05 WIB.

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home