AURATNYA SUDAH DIBUKA BELUM?

“Auratnya sudah dibuka belum?” Apa yang terlintas pertama kali di benak Anda bila menerima sms atau pesan di Whatsapp seperti itu? Geram, marah, dan tersinggung tingkat tinggi? Lalu bergegas membalas dengan kalimat yang memproklamirkan perang dunia ketiga? Hey!!!!! Maksudnya apa? Sembarangan!!! @#$$&£¢¥ He...he..... Sabar berowwww..... Kalemmmm..... Menunjukkan ketersinggungan sebagai wujud ketidaksukaan atas perilaku orang lain (yang mungkin kita anggap kurang sopan atau bahkan kurang ajar) adalah hal yang lumrah, wajar, dan manusiawi. Tapi..... Bagaimana kalau sebaiknya pertama kali tarik napas dulu pelan-pelan, tenangkan dulu pikiran, turunkan level amarah yang mengajak naik terus, dan baca kembali pesan itu beberapa kali. Apalagi bila yang mengirimkan adalah orang yang selama ini kita kenal sebagai orang yang baik-baik saja. Manis, pula. Seperti saya, misalnya. He...he.... Kalau saya, kala menerima pesan yang agak aneh, hal kedua yang saya lakukan setelah hal pertama di atas adalah membuka papan ketik alias keyboard hp. Karena kebetulan yang saya pakai adalah tipe QWERTY, saya coba cek kata-kata yang aneh tadi. AURAT. Huruf A-nya kok ganjil ya? Ternyata, eh ternyata, di papan ketik, huruf A bertetangga banget alias tepat bersebelahan satu RT dgn huruf S. Lalu saya mikir: "Apa niatnya pingin nulis kata SURAT tapi huruf pertamanya kepencet A jadinya AURAT ya?" Kalo di sinetron, waktu saya terdiam berfikir, ada suara hati saya yang terdengar. He...he.... Kalau sudah menemukan kemungkinan-kemungkinannya, atau misalnya dari analisa papan ketik tadi malah tidak nyambung dan saya makin bingung, barulah saya merespon dgn kalimat tanya: "Mhn maaf, maksudnya gimana ya? Saya kok kurang faham" Saya andaikan si pengirim membaca pesan saya itu dengan penasaran: "Masa sih pesan semudah itu saja tidak paham? Atau jangan-jangan saya salah kirim pesan?" Lalu dia mengecek kembali pesan yang tadi dikirimkan ke saya. Dan apa pesan yang kemudian saya terima? Kemungkinannya adalah: "Wah mhn maaf pakai banget. Tadi mencetnya terburu-buru. Yang saya maksud adalah: Suratnya sudah dibuka belum? Sekali lagi mohon maaf. Dan.....selesai. Kasus ditutup . Tak perlu melanjutkan marah-marah tahap dua, atau bahkan melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi segala. Atau misalnya kemungkinan kedua: Si pengirim malah balik tanya: "Masa sih ndak paham?, saya ambil tindakan simpel: screenshot alias tangkapan layar pesan yang tadi kemudian saya kirimkan ke dia. Biasanya, tak lama kemudian, saya mendapat balasan seperti di atas tadi. Sebaliknya: keadaan kemungkinan besar tak akan sama kala saya langsung mengirimkan jawaban bertabur kalimat makian, atau penuh sesak dengan sekian spesies binatang (sampai-sampai kebun binatang mendadak sepi). Meski endingnya mungkin sama: si pengirim meminta maaf, tapi situasinya jelas beda: saya menulis jawaban dan kemudian mengirimkannya dengan murka, si pengirim juga menerima pesan saya tersebut dengan luka. Mungkin si pengirim berkata dalam hatinya: "Ya Allah, cuma salah ketik sedikit, pagi-pagi sudah dikirimi kado margasatwa. Semua orang ‘kan bisa juga melakukan kesalahan yang sama. Konfirmasi kek, atau ngebel nek, kan ndak sulit sih? Duh...duh.... Kok di dunia ini ada ya orang kaya begitu. Hidup lagi." Sahabat sekalian..... Pesan perdamaian yang ingin saya sampaikan melalui ilustrasi di atas adalah: sabar, husnuzon atau baik sangka, dan konfirmasi alias tabayyun. Ketiga hal mudah tersebut sudah saya lakukan setelah menerima pesan di atas: 1) tenang sejenak dengan mencoba menganalisa kemungkinan-kemungkinannya, 2) berkeyakinan bahwa si pengirim salah ketik, kurang fokus, atau sejenisnya, dan 3) melakukan kroscek/konfirmasi/tabayyun ke si pengirim. Saat kita melakukan langkah pertama dan kedua, bisa jadi kita malah tersenyum geli atau bahkan tertawa terpingkal-pingkal: “Ini orang pasti salah nulis. Karena saya juga pernah mengalaminya. Ha...ha.....”. (Kalau mau tertawa lebih lebar, coba cek kumpulan cerita humor DI SINI) Dalam insiden yang berbeda, terkadang salah nulis kerapkali berkolaborasi dengan salah kirim. Di Whatsapp alias WA, misalnya. Karena banyak chatting, mulai dari teman kantor, relasi bisnis sampai banyak grup, niat membalas pertanyaan dari relasi bisnis, eh, malah salah kamar ke grup alumni SD atau grup RT, misalnya. Pernah mengalami? He...he..... Sama dong! Dan perlakuannya, menurut saya, hampir sama: selowwww. Karena terkadang si pengirim tidak langsung menyadari telah salah mengirim pesan, ada baiknya kita juga menahan diri sejenak untuk tidak langsung bereaksi. Siapa tahu tak lama kemudian si pengirim menghapus pesan tersebut. Memang bisa? Wah memangnya belum tahu ya kalau sekarang WA telah menyediakan layanan menghapus pesan, baik karena pesan itu sendiri yang salah, ataupun terkirim ke orang/grup yang salah. Silahkan baca tulisan saya DI SINI kalau ingin tahu. Tentang kroscek alias tabayyun, lebih detil bisa dibaca di artikel menarik yang saya simpan DI SANA. He...he...... Bukan. Maksud saya: DI SINI. Oke pemirsa. Semoga tulisan ini bermanfaat. Selamat bijak dan cerdas ber-media sosial! Salam Luar Biasa! Dzakiron http://bit.ly/maribijakdancerdas

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home