Sebuah Kisah tentang Kesetiaan

Andy adalah seorang tentara yang sedang ditugaskan pergi ke medan perang. Andy meninggalkan istrinya, Elisabeth, di hari ke-7 setelah pernikahan mereka. Andy tentu saja ingin Elisabeth pergi bersamanya. Tapi keadaan tidak memungkinkan. Yang akan dihadapi oleh Andy adalah sebuah perang.

Maka Andy memutuskan untuk pergi tanpa mengajak istri tercintanya. Meski Andy tau bahwa hatinya begitu berat, tapi dia meyakinkan Elisabeth dan hatinya sendiri untuk segera pulang dengan selamat.


“Jika perang sudah selesai aku akan segera pulang.”

“Aku akan menunggumu. Segeralah pulang jika tugasmu sudah selesai disana. Aku akan menunggumu…aku ingin melihat wajah kemenanganmu.”

“Aku pasti pulang.”

2 bulan kemudian….

Hari ini adalah hari terakhir Andy bertugas. Setelah perang yang terjadi, kedua belah pihak negara memutuskan untuk berdamai karna melihat begitu banyaknya korban yang jatuh. Jenderal besar pun sudah membubarkan pasukan sejak semalam. Dan semua tentara diperbolehkan pulang.

Andy sudah tak sabar lagi untuk segera pulang. Dia ingin segera pulang ke rumah dan memeluk Elisabeth. Bagaimana keadaan Elisabeth? Hanya pertanyaan itu-itu saja yang ada di pikirannya.

Andy turun dari kendaraan yang mengantarnya. Andy menunggu Elisabeth membukakan pintu untuk kepulangannya.

Andy menunggu…..

“Mana Elisabeth..? Mengapa dia tidak membukakan pintu untukku? Apa..dia tak mendengar suara mobil yang mengantarku?”

Ketika Andy hendak masuk, seseorang memanggilnya.

“Andy..kamu sudah pulang?”,

“Henry..?”,

“Aku senang kau sudah pulang tapi Elisabeth tidak ada di sini”,

“Elisabeth kenapa? Apa yang terjadi?Di mana Elisabeth”

“Tenangkan hatimu. Elisabeth sedang dirawat di rumah sakit.”

“Rumah sakit??”,

“Entah penyakit apa yang diidapnya. Wajahnya penuh dengan borok. Setiap hari di depan kaca Elisabeth membersihkan borok di wajahnya agar segera kering. Tapi besoknya yang terjadi malah borok itu kembali bernanah. Dia tak berani keluar rumah. Dia juga tidak punya nafsu makan sama sekali. Badannya menjadi kurus kering. Dia bilang bahwa dia tidak ingin bertemu denganmu jika wajahnya masih penuh dengan borok. Dia malu.”,

“Elisabeth…?”,

Tanpa terasa airmata Andy menetes.

“Bagaimana ini bisa terjadi?”,

“Andy…tenanglah.”

“Aku berterimakasih Henry..karna kau mau membawanya ke rumah sakit”,

“Sekarang apa yang bisa kulakukan untukmu sebagai sahabatmu?”

“Maukah kau sedikit berbohong untukku?”

“Untuk..?”

“Aku ingin kita ke rumah sakit dulu. Nanti aku akan beritahu padamu apa yang harus kau lakukan”,

Sampai di rumah sakit, Andy membeli perban.

“Untuk apa kau beli perban?”

“Aku ingin kau membalut mataku. Dan katakan pada Elisabeth bahwa aku buta. Aku buta karena ada peluru yang mengenai kedua mataku. Berjanjilah padaku bahwa kau akan melakukan ini untukku. Aku tahu bagaimana persaan Elisabeth. Aku sangat mencintainya.”

Henry hanya diam tapi dia melakukan apa yang dikatakan Andy. Kemudian Henry mengantarkan Andy ke sebuah ruangan di mana Elisabeth dirawat.

Elisabeth terkejut saat dia melihat suaminya datang dengan mata diperban.

“Andy?Andy…”

“Elisabeth…Kau di mana?”

Henry mendekatkan tangan Andy kepada Elisabeth.

“Henry…maafkan aku, aku tak bisa menyambutmu. Aku….”,

Andy merusaha meraih wajah Elisabeth tapi Elisabeth mencegahnya.

“Jangan sentuh wajahku lagi Andy..Wajahku tidak secantik dulu. Tidak seperti yang kau harapkan.”

“Elisabeth…katakan padaku apa yang terjadi padamu? Kau bisa lihat kan apa yang terjadi padaku? Aku sekarang buta… Aku tak bisa melihatmu lagi seperti dulu. Jika kau tidak menceritakan kepadaku apa yang terjadi padamu, maka aku tak pernah bisa tahu apa yang telah terjadi padamu. Apa yang bisa dilakukan oleh orang buta sepertiku kecuali hanya mendengar..?”

Elisabeth terhenyak mendengar kata-kata suaminya itu.

“Andy..”,

Elisabeth meraih wajah suami yang dicintainya itu.

“Andy..jangan pernah marah padaku seperti ini. Jangan pernah kau katakan kalau kau tak bisa melihat. Kau bisa mengerti aku. Kau merasakan apa yang aku rasakan. Seandainya matamu bisa melihat maka kau akan melihat wajahku yang……..penuh dengan borok dan sangat menjijikan! Aku tak ingin kau menyaksikan ini semua!”,

“Sekarang..apalah artinya buatku wajah yang cantik ataupun buruk jika aku selamanya tak bisa melihat.”

“Andy…maafkan aku.”

“Elisabeth…jika aku katakan aku mencintamu maka itu memang benar aku mencintaimu. Apapun keadaanmu dan apa pun yang akan terjadi padamu…itu tak tak akan mengubah sedikit pun rasa cinta dalam hatiku. Tapi hatiku sakit jika ternyata kau malu pada suamimu sendiri hanya karena wajahmu yang penuh borok. Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan sekarang ini. Tapi aku tak ingin apa yang telah terjadi mengubah perasaanmu padaku. Wajahmu bisa berganti menjadi wajah apa pun..tapi jangan hatimu..Aku mencintai hatimu…”,

Dipeluknya Elisabeth dengan penuh kasih sayang. Elisabeth tercinta…

Andy tidak pernah membuka balutan perban di matanya. Meski begitu, dia tetap bisa melewati hari-hari yang menyenangkan bersama istrinya. Meskipun hanya dilakukan di dalam Rumah Sakit saja, tapi itu sangat menyenangkan. Tak ada hari tanpa tawa dan canda.

Hingga esok hari Andy mendapati istri tercintanya sudah tidak bernafas lagi. Pihak Rumah Sakit sudah sangat membantu tapi Elisabeth tetap tidak bisa tertolong.

“Bersabarlah Andy..”,

“Terimakasih Henry..”,

Andy membuka balutan perban di matanya. Dan yang dia lihat kini hanya gundukan tanah kubur istri tercintanya.

“Tak ada airmata di hari terakhir bersama istriku. Yang ada hanya senyuman bahagianya yang menyenangkan.”

NB: Kesetiaan adalah harga mati bagi seseorang yang rela berkorban demi kita. Hati yang tulus membuat kita melakukan tindakan yang baik.

Sumber: Inspirasi Daily

Artikel Terkait



  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Terima kasih telah berkenan berkunjung dan meninggalkan jejak komentar

    Next previous home